Thursday, September 23, 2010

(21) Selingkuh ???

Teman, telah mengemuka beberapa asumsi bahwa kehadiranku dianggap 'merusak' apa yang sudah terjalin antara pangeranku dan kekasihnya. Sungguh, aku merasa perlu untuk meluruskan ini, karena aku ingin menjaga nama baik pangeranku. Dia tidak pernah selingkuh, dan kami tidak berselingkuh. Pangeranku tahu dan mengerti betul bahwa aku tidak pernah memaksa dia dengan semua perasaanku padanya. Aku menghormati dia sebagaimana aku menghormati kekasihnya.

Mari kubagi sebagian fakta dengan lebih lugas…

Aku jatuh cinta dengan seorang pria yang dikenalkan padaku. Kami berkomunikasi sebagai dua orang sahabat, berbicara dan berdiskusi tentang banyak hal. Seiring keyakinan ku yang semakin menguat, aku melugaskan perasaanku padanya. Dia menerima kelugasanku dengan baik, sambil tetap memberiku garis batas bahwa aku tak lebih dari seorang sahabat baginya. Aku tetap mencintainya dengan caraku, membiarkan dia tahu bahwa aku mencintainya selama cinta ini diizinkan oleh Tuhan ada dalam hatiku. Kami saling menghormati pilihan dan batasan kami masing-masing. Teman... apakah bisa hal demikian disebut perselingkuhan???

Bagi siapapun, tentu sah-sah saja untuk memberikan penilaian apapun atas proses ini. Keyakinan yang mengakar misterius dalam hatiku, relasi-relasi unik antara aku dan pangeranku, tak mampu kujelaskan penuh pada setiap orang. Aku hanya berlaku sederhana dengan MENERIMA cinta ini. Maafkan jika aku terkesan egois, namun jika ikhtiarku dianggap menyerobot batas teritori seseorang, ketahuilah, selama komitmen belum dikukuhkan dalam IJAB KABUL, maka semua masih menjadi semesta kemungkinan, baik untukku, pangeranku, juga kekasihya.

Buatku, cinta adalah fitrah manusia yang datang dari Tuhan tanpa kau bisa mengatur tentang kapan tiba waktunya, atau kepada siapa kau hendak jatuh cinta. Cinta dalam bentuknya yang paling dasar adalah sesuatu yang murni dan asli. Sesuatu yang asli tidak memerlukan alasan, perantara ataupun pembenaran untuk menjadi ‘ada’, karena secara hakikat dia sudah benar 'ada'nya. Terima kasihku kepada seorang sahabat yang sudah berkenan berbagi ilmu dan pemahamannya denganku tentang proses mem'bening'kan doa, memisahkan mana yang asli dan mana yang palsu.

Murni dan palsu kadangkala memang sering menjadi bias dan kabur. Mungkin karena niat yang keliru, atau karena penuhnya hati dengan asesoris pemikiran yang sesungguhnya jauh dari substansi. Kebenaran kadang terlampau sederhana hingga kita terlewat untuk mengenalinya. InsyaAllah, telah kukenali cinta ini sebagai sesuatu yang murni, yang datang dari Tuhan untukku, dan aku tak ingin menyia-nyiakannya. Aku yakin, jika berkenan melihat perjalanan proses ini dengan hati yang jernih lagi bening, insyaAllah hanya akan mendapati kenyataan bahwa kita semua hanyalah manusia yang punya kuasa untuk membuat rencana, tetapi tak berkuasa untuk menjadikanya TERJADI tanpa izin dan kehendakNya.

Jika memang harus ada yang tersakiti dengan perjalanan proses ini, ntah itu aku, pangeranku, ataupun kekasihnya... maka itulah realitas yang butuh untuk kami hadapi. Aku yakin semua kejadian ini adalah bentuk kasih sayang Tuhan kepada kami. Aku hanya ingin meluruskan niat, lalu bergerak positif pada garis ikhtiar. Penting untuk berlaku 'lurus' dalam ikhtiar, karena sungguh... aku meniatkan kebaikan dunia dan akhirat atas semua perjalanan proses ini. So, tak perlu khawatir dengan caraku berproses, karena aku sama sekali tidak berniat menodai proses ini dengan cara-cara yang tidak baik, culas, atau manipulatif. Tuhan Maha Adil dengan semua niat yang tersimpan dalam hati manusia. Kebaikan hanya akan terpaut dengan kebaikan.

Pangeranku tidak berselingkuh dan aku tidak mengajaknya untuk berselingkuh.
Kami hanyalah jiwa-jiwa yang sedang diberi pilihan oleh Tuhan.
Pilihan mana yang akan disetujui olehNya?
Wallahualam bisshawab.

To be continued…

2 comments:

  1. Menyakiti atau tersakiti, selingkuh atau mendua, ditinggalkan atau meninggalkan, mungkin itu semua jadi pilihan sulit ketika dihadapkan pada situasi terhimpit. 'Sulit' hanyalah sebuah paradigma manusia saja, yg nyatanya kata itu ad kalanya mampu mendewasakan manusia. You have a brave heart darling ;-)

    ReplyDelete
  2. Selingkuh atau tidak, tergantung sudut pandang, persepsi individu.
    Tidak ada sudut pandang ataupun persepsi yg objektif, krn disana ada faktor pengalaman, "keterbatasan" indera, kepentingan diri dan hal-hal lainnya.
    Jalani sj apa yg kamu, saya, kita, mereka yakini....
    Terkadang sulit untuk memiliki 1 titik temu ;P

    ReplyDelete