Thursday, September 22, 2011

bunga ^^

taman itu megah, mengundang decak kagum, menawan tuk disinggahi, seakan menjanjikan kesukaan. lalu, sepenggal langkah menuju mulai kau melihat darah berceceran, bau busuk menyerupai wangi.. semakin dalam, mata mulai terbiasa melihat darah lalu, samar, mulai terasa nafas menjadi sesak. "tapi aku masih bisa bernafas bukan? Ya sudah...biarkan saja..." hmmmm.... kesadaran rawan tertipu kepalsuan sangat elok menyimpan dusta belenggu menyerupai janji kebebasan penjara menyerupai kenyamanan ketakutan menyerupai kebijaksanaan tipis...sangat tipis... darah masih tercecer, serangga masih mengancam, bau busuk masih menebar.. yang berbeda adalah, telah kupetik satu bunga, bunga yang telah lama sabar menantiku, untuk kembali berpelukan bersama wangi murninya. Ya bunga, kita kembali bersama. hanya ada aku, kamu dan DIA. [Bandung, 22 September 2011]

Thursday, July 14, 2011

matahari


……..: “Aku ingin memanggilmu matahari. Kau keberatan?”.
……..: “Tidak. Aku suka matahari. Sinarnya bawa terang”
……..: “Kau memanggil dia dengan Pangeran. Adakah panggilan istimewa untukku?”
……..: “Belum. Apakah itu penting untukmu?”
……..: “Aku ingin menjadi istimewa untukmu.”
……..: “Aku memberi kita kesempatan bukan?”

Hening….

……..: “Kita akan menikah!”.
……..: “Kau yakin?”
……..: “Kita sudah menjalani setengah dari kemungkinan itu bukan?”
……..: “Mungkin. Aku tak ingin berjanji. Kau tahu sebabnya”
……..: “Ya, aku tahu…. Tehnya sudah dingin. Mau ganti dengan yang lebih hangat?”

Thursday, June 9, 2011

Hollaaa! Glad to see you again!

You know…
butuh keberanian untuk menyengaja bertemu kembali denganmu. Ada yang aneh dengan pertemuan terakhir kita. Sejak terakhir aku melihatmu, dalam kurun waktu tertentu, ingatan ku tentangmu telah menyandera ruang emosiku. Aku bahkan menangis tersedu-sedu, mengingat saat tragisnya kamu pergi, dan bertanya-tanya pada hatiku, apakah aku akan bisa bertemu lagi denganmu dalam suasana hati yang tak lara.

Kita tak bertemu sering. Mungkin tak lebih dari tiga puluh tatap muka. Tapi pada pertemuan-pertemuan terakhir jelang perpisahan, sosokmu mulai menyandera kuat ingatanku. Sikap misteriusmu, tatapan yang tajam tapi gamang, keceriaan yang jujur dan polos, juga ketakutanmu atas rasa terbuang… Apa yang tersirat dari sosokmu, telah perlahan menarik perhatianku untuk lebih memperhatikanmu dibanding yang lain.

Kamu mudah berurai air mata. Ah, aku tak bermaksud menyebutmu lelaki cengeng. Bukan…bukan itu maksudku. Aku mengerti, bahwa penggal masa lalumu telah menyumbang banyak sisi kerapuhan bagi hatimu. Ya, perasaan ‘terbuang’ membuatmu jiwamu dipaksa siaga, meragu, penuh tanya akankah sekeliling mengabaikan dan mengingkarimu kesetianmu?. Kepercayaan dirimu yang rapuh, telah membuatmu sulit untuk mempercayai orang lain. Hingga satu waktu, kamu gagal untuk mempercayai, lalu terperangkap dalam tragisnya perpisahan. Hal yang bisa kuingat adalah bahwa kejadian demi kejadian berpacu begitu cepat. Kamu bahkan mungkin tak menyadari ketika sedang melangkah pada jurang kegagalanmu sendiri. Sampai ketika hatimu menyadari kebenarannya, semua sudah terlambat. Bagimu tak ada jalan untuk kembali, kecuali terus menghadapinya. Aku bersedih, sungguh bersedih untuk apa yang kau alami.

Pertemuan terakhir begitu menguras emosi. Secara personal aku menemukan diriku semakin terlibat dalam kisahmu. Butuh waktu bagiku untuk menyeimbangkan hatiku. Ingatan tentang saat-saat kau tersungkur, berjuang sepenuh hati mencoba menuju ke tempat dimana kau menemukan kepercayaan itu tetap menyala untukmu, saat-saat kau tak bisa menolak bahwa perpisahan telah menjadi TAKDIR yang tak dapat kau hindari…. lambaian tanganmu yang melemah…lalu hilang…sunyi…senyap…pergi… yang terdengar kemudian hanyalah tangisku yang pecah. Sejak itu, aku memilih untuk tidak bertemu denganmu, sampai dengan kemarin malam…

Ya, kemarin malam aku tak menolak untuk bertemu.

Terakhir bertemu, kamu terlihat rapi dengan rambut panjang yang seringkali diikat, juga kumis tipis yang seakan-akan menegaskan “I’am mature”. Kali ini kamu muncul dengan rambut yang lebih pendek (tetap tergolong panjang), dengan kumis yang lebih tebal. Aku pernah mendapatimu tanpa kumis, membuatmu terlihat lebih “childish”, apalagi dengan tingkah lakumu yang sering jahil. Aku masih menangkap aura kesuraman di wajahmu. Hal yang tak berubah adalah seringai senyummu, tatapan sendu, cara berjalanmu, lirikan tajam...

selebihnya, kamu tetap istimewa…

bandung, 9 Juni 2011

Tuesday, May 31, 2011

(30) can we ???

Sungguh...
Aku merasa kau sudah mengajakku “berputar-putar” menghadapi ‘situasi’ kita.
Kita sudah melewati beberapa perbincangan, bertukar statement,
berbagi pandangan, juga memaparkan situasi dari sudut pandang kita masing-masing.
Masihkah kau belum paham substansi bagaimana aku mencintaimu?

Kau meragukan aku?
tidak percaya dengan komitmenku?
meyakini bahwa aku tak paham ‘batas’ kita?

Sekali lagi, aku garis bawahi substansiku:
Kau tidak bisa menyuruhku berhenti untuk mencintaimu,
Tapi kau sungguh bisa mengabaikan cintaku,
lalu kita berteman seperti jutaan orang berteman di muka bumi ini!


Kalau kau berpikir bahwa cintaku hanya sebatas pada tujuan bagaimana aku bisa bersamamu; atau kau menganggap cintaku hanya terpaku pada tujuan kau membalas cintaku, maka kau salah!!! Kuharap kau jangan terlalu sempit mengartikan cintaku.

Setelah semua yang aku jelaskan padamu,
email-emailku, perbincangan langsung kita, tulisan-tulisanku…
baca...baca dan ingat setiap yang pernah aku katakan padamu.
Cermati dengan hati nuranimu, juga pikiran yang jernih.
Masih kau belum paham tentang bagaimana aku berusaha untuk
menempatkan semua ini pada tempatnya?

Kau tahu, tak setitik hatiku menabur benci pada kekasihmu, walau kata-kata dia telah menyudutkan aku pada situasi sepertinya aku seorang ‘pengacau’. Jika memang bangunan kalian yang tidak kokoh, apakah selamanya kalian akan menyalahkan angin yang menerpa???

Lalu, apa alasanmu mengajakku dengan semua strategi komunikasimu?
Melindungi dia? Melindungiku? Atau melindungi dirimu sendiri?
Apakah kau tidak cukup berani untuk menghadapi kenyataan atas cintamu sendiri?
Cinta yang sudah kau pilih dan ingin kau wujudkan?

Please…
Berhenti mencurigai cintaku.
Lets moving on with our own life.
You with yours, and me, with mine.

Then, as we believe,
that through friendship we both can help each other DO something bigger than us,
I‘am asking you now:
"can we have a friendship without any term and condition???"

to be continued...

Tuesday, April 26, 2011

Salahkah cara kami ???

Aku lahir, hidup, dan berkembang dalam keluarga yang demokratis. Sejak kecil kami terbiasa dan dibiasakan untuk terbuka, belajar saling mendengarkan dan menerima satu sama lain. Keluarga kami hangat, penuh pelukan. Banyak masalah dalam berbagai skala besarannya, telah menjadi bagian dari kami berproses untuk menjadi lebih kuat dan tangguh sebagai satu keluarga yang utuh. Kami telah 'dilukai' dan mungkin juga telah 'melukai' orang lain. Seperti yang sedang terjadi saat ini....

'Kabar' itu telah melukai keluarga kami. Papa.. mama... walau fisik mereka terlihat santai dalam senyum kasihnya, aku tahu, hati mereka telah dirobek oleh kenyataan yang tidak diharapkan ini. Tapi semua sudah terjadi. Membicarakan yang sudah terjadi, hanya akan menghabiskan energi untuk menyesali, meratap, lalu berujung saling menyalahkan. Hidup adalah kedepan. Memperbaiki yang kurang baik, menyempurnakan yang sudah cukup baik, lalu membiasakan yang sudah baik.

Kami pun duduk bersama. Setiap orang mendapatkan kesempatan untuk 'bicara' bagaimana solusi akan diambil untuk menyikapi masalah tanpa menimbulkan masalah baru. Kami mencoba 'adil' pada pihak yang telah berperan besar pada eksekusi kesalahan dengan mengedepankan kasih sayang sebagai semangat solusi.

Tapi....
Aku dirundung tanya yang semakin menajam.
Telahkah kami salah menyikapi ini semua???

Untuk saudaraku tersayang...
Adakah kamu memahami dan mengerti maksud kami?!
Bahwa ketika kehangatan kelurga tak berkurang untukmu, bukan berarti keluarga membenarkan perbuatan salahmu. Apakah sungguh kau telah belajar dari kesalahanmu???
Sungguh, aku khawatir 'pengertian' kami dipahami sebagai pemakluman. Bukan! Bukan pemakluman!!! Yang salah tetap salah. Kami hanya menyayangimu tanpa syarat.

Kejadian ini telah menjadi catatan hitam, baik bagimu, hidupmu, juga keluarga.
Tetapi bukan berarti catatan kita tidak bisa bisa menjadi bersih kembali.
Semua ini adalah kesalahan, tetapi bukan berarti tidak bisa diperbaiki.

Tapi...
Apakah kamu paham ???
Melihat senyummu...caramu...sikapmu...
Jujur, aku ragu.

Tuhan, ampuni kami.

Monday, February 28, 2011

(29) The reason behind 'You'

Guys, let me tell you my biggest hope in 2011. It is MARRIED.
Yes, I wanna get married with someone that I can share with: take and give about everything. Sengaja aku memberi tanda petik untuk kata ‘You’ pada judul tulisanku, karena sosok itu masih misterius bagi hatiku. Aku sudah menemukan ‘dia’, tetapi apakah ‘dia’ sudah menemukan aku, seperti aku menemukan ‘dia’, it’s not clear yet!!!

So, what I need first before get married ???
It’s love…

Dimana kita dapat menemukan cinta??? Di negeri antah berantah…hehehe.
Well..well..“Cinta” akan menjadi kekuatan yang tak kan pernah ada cukup kata untuk mendefiniskannya. Cinta itu seperti busur panah yang melesat bebas dari langit, terserah mau mengenai siapa, kapan, dan dimana. Jadi, buatku sederhana saja. Kalau kau jatuh cinta, ya terima saja. Aku bukan orang yang suka berdebat panjang lebar dengan diri sendiri, membuat penyangkalan-penyangkalan untuk tidak menerima, ataupun membuat pembenaran-pembenaran untuk memaksa diriku menerima. Terima apa adanya sesuai yang terbaca oleh hatiku, jalani sepenuh hati, minimalkan keluh kesah, be positif, bersyukur, dan berbaik sangka kepada Tuhan. All would be enough for me to face everything…

So, mari kita tinggalkan penjelasan tentang arah dan datangnya cinta yang misterius itu. Coz itu bukan wilayah kita untuk menjelaskan. Biarkan itu menjadi konspirasi unik Tuhan dengan semestaNya. We just need to accept that as the way it is, no more no less.

Oke then, lets talk about married ;-)

Banyak pertanyaan tertuju padaku tentang apa dan bagaimana kriteria pendamping hidup idaman. Jujur, sampai sekarang ini aku tak pernah punya jawaban dalam bentuk ukuran-ukuran ataupun penjabaran-penjabaran normatif. So, jawabanku biasanya sangat sederhana yaitu: “aku akan merasakannya dan mengetahuinya jika kami sudah bertemu”. Yup, itu adalah jawaban yang sangat abstrak. Tetapi sampai aku bertemu dengan orangnya, yah aku tak kan bisa menjelaskan banyak hal tentang itu.

dan inilah beberapa hal yang bisa aku jelaskan seputar alasan dan pertimbangan ketika aku memutuskan untuk berbagi hidupku dengan seseorang.

First thing first: I need that ‘klik’.
Ya, aku memerlukan chemistry which most people called it with ‘love ;-). Cinta penting sebagai modal yang sangat abstrak, tetapi daya kekuatannya tak bisa kau katakan abstrak. Karena cinta mampu mendrive mu untuk melakukan apapun yang terbaik bagi orang yang kau cintai. Cinta mampu menjadi daya bagi seseorang untuk berbuat melampaui apa yang tadinya ia pikir tak mampu dilakukan. Cinta kadang tak selaras dengan logika, tapi untuk membuatnya sehat dan berdampak positif dalam jangka panjang (abadi seabadi usiamu, kekal sebagai tabungan kebaikan di akhirat), maka cinta butuh untuk disandingkan dengan logika. Karenanya, dalam mencintai, aku tak melepaskan ‘logika’ sebagai jalur bagi akal logis kami dalam memetakan arah dan tujuan dari cinta yang kami rasakan.

Maksudnya???

Begini, dalam pertimbangan logisku, pernikahan itu seperti membangun satu perusahaan. Karena pernikahan akan menjadi satu perusahaan, maka langkah awal bagi kami adalah ‘setor modal’. Hmmm..jangan berpikiran sempit dengan menyederhanakan konsep modal ini menjadi konsep yang dangkal hanya berupa hitungan rupiah semata. Kekayaan dan status bagiku hanya pendukung. What I need is something ‘inside”, sesuatu yang ‘ada’ apa adanya dalam hati seseorang, pijakan dasar seseorang atas tujuan dan arti hidupnya, dan semampu mungkin membaca aktualisasi ‘dasar’ tersebut dalam sikap dan perbuatannya sehari-hari. “Kualitas sikap mental” itu adalah kata kunci bagiku ketika berbicara tentang ‘modal’ ini.

Satu catatan yang selalu kuingat baik adalah bahwa “kualitas’, baik itu dalam bentuk kelebihan maupun kekurangan selalu akan menjadi satu paket yang utuh. Karenanya, semampunya, aku menghindar dari melakukan perbandingan dalam konteks ‘baik’ atau ‘buruk’ terhadap kapasitas seseorang, tetapi lebih kepada menjajal kesiapan mentalku untuk menerima konsekuensi dari setiap yang ‘baik’ dan ‘buruk’ yang akan selalu melekat dalam dirinya, juga dalam diriku. Tidak ada manusia sempurna, sebagaimana kita tak kan pernah menjadi sempurna bagi seseorang. Yang ada adalah saling menyempurnakan satu sama lain.

Pernikahan buatku lebih dari sekedar love between me and my husband. Pernikahan adalah sinergi untuk menggabungkan kekuatan, juga bagaimana kelemahan dipandang sebagai kekuatan yang belum terberdayakan. Why? Menurutku, manusia itu tumbuh dan berkembang. Semakin kita belajar, semakin kita meluaskan area pemberdayaan kita untuk menjadi dan berbuat lebih baik dalam berbagai aspek kehidupan. Karenanya, aku berharap dapat menemukan pasangan yang bersedia untuk terus belajar.

Then, mari kita bicara aspek tanggung jawab.
Pernikahan adalah komitmen, dan tidak ada hal lain dari komiten selain segala sesuatunya menjadi ‘real’. Kehadiran anak dalam pernikahan adalah the biggest komitmen yang akan menjadi kebahagiaan sekaligus tanggungjawab bagi kami selaku orangtua. Karenanya, menikah bagiku, bukan sebatas mencari seorang suami yang bisa aku andalkan, tetapi juga mencari seorang ayah terbaik bagi anak-anak yang akan lahir dari kebersamaan kami. Tak cukup bagiku hanya sekadar menemukan ‘bibit unggul’, tetapi kemudian minim kesadaran untuk memahami bahwa segala sesuatu harus dirawat dan dijaga. Berbagi peran dengan rasa sayang dan saling menghormati satu sama lain, tak sanggup berhitung siapa yang lebih sulit atau lebih ringan perannya karena semua dilakukan dengan rasa senang dan bahagia.

Aku berbahagia dengan tanggungjawabku!
Karenanya, aku ingin bersama dengan seseorang yang berbahagia dengan tanggungjawabnya, bukan melakukan sesuatu karena dia wajib melakukan, tetapi karena dia senang dan bahagia melakukannya bersama-sama denganku.

Next, what I dream adalah pernikahan yang berangkat dari dasar pemikiran” Lets think and do things bigger than us!!! Meaning… aku berharap kebersamaan ku dalam komitmen dunia akhirat bersama seseorang, tidak hanya berhenti pada sebatas: menikah, punya anak, membesarkan anak, menikahkan anak, jadi kakek nenek, lalu mati! My dream is bigger that that!!!

Aku selalu terinspirasi oleh kata-kata papaku, bahwa ketika kau hanya berpikir tentang dirimu sendiri, maka hanya akan sebatas itulah duniamu, sempit dan cenderung egois. Tetapi jika kau berpikir tentang orang lain, maka Tuhan akan memberikan jalan bagimu untuk menjadi berkat bagi lebih banyak orang lain, dan tentu saja…itu sudah termasuk untuk dirimu sendiri…

Tentu, kau tak mungkin menemukan semua impianmu tanpa halang rintang yang sepadan dengan kualitas yang sedang ingin dibangun oleh Tuhan dalam diri kita. Apakah cukup dengan mimpi, kau bertemu pangeran, menikah, lalu bahagia tanpa kau harus ‘berusaha’. Sepanjang pengalamanku, Tuhan selalu ‘ajaib’ dengan semua kejutan-kejutan indahNya dalam perjalanan hidup seseorang. Karenanya, aku butuh seseorang yang bersedia untuk senantiasa saling mengingatkan bahwa setiap jengkal kehidupan wajib untuk disyukuri. Bersyukur adalah penerimaan yang akan melahirkan kekuatan untuk dapat menghadapi berbagai persoalan yang menjadi pertanda kita sedang ‘diajari’, disayang, di’cubit’ atau ditegur oleh Yang Maha Satu.

So, rumusku dalam hal jodoh adalah ‘tak ada rumus’ ;-).
Terima, jalani, ikhtiarkan, serahkan kepada Tuhan.

Aku sungguh tak akan main-main dan seadanya untuk urusan yang namanya MENIKAH. Tetapi juga gak perlu ‘njelimet sampai kehilangan selera untuk menikmati setiap jejak proses yang Tuhan izinkan terjadi padaku. Sampai kini, belum ada kejelasan tentang keberadaan ‘You’. Tapi aku tak akan berputus asa dan akan terus berikhtiar. Ketika kau yakin Tuhan Maha Adil dengan semua yang Dia perbuat atas hambaNya, maka aku hanya ingin bersahabat dengan realitas dalam rasa syukur atas semua yang sudah dan belum Dia berikan kepadaku.

Tetap dalam garis ikhtiar,
merencanakan apa yang bisa aku rencanakan, melakukan apa yang bisa aku lakukan,
dan membiarkan Tuhan menyelesaikan apa yang di luar kuasaku untuk melakukannya.

.....and I’still hold my dream to get married this year ;-)

to be continued...

Thursday, February 24, 2011

kini dan nanti....

tentu,
Masih terlalu dini untuk berasumsi bahwa
semua akan terjadi persis seperti ‘harap’ yang telah lama bergaung dalam hati.

tentu,
masih terlalu muda untuk menyatakan bahwa perjalanan mencari dan menemukan
telah usai. Kita sama-sama tahu, dalam berbagai dimensi tingkatan, hidup tak pernah usai dari yang namanya ‘mencari’.

My dear friend,
Aku tak ingin berandai-andai tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan.
All i believe, everything is possible, tanpa bisa kau duga ataupun rencanakan.
So, enjoy your day with happiness.

Tentang esok… nanti…
biarkan terjadi sesuai dengan inginNya.
Rencanakan apa yang bisa kamu rencanakan.
Nikmati setiap ayunan perasaan yang kini sedang menggelitik hatimu.
Jalani semua dengan prasangka luas atas rencana baik Tuhan untuk hidupmu.

Setelah semua yang terjadi,
Semakin kita tak punya alasan untuk meragukan
bahwa Tuhan sungguh ‘ajaib’ rencananya.
^_*

Be happy my dear…
All the best wishes for you.
^_^

(untuk seorang sahabat yang sedang berbahagia,
semoga kebahagiaan senantiasa bersamamu)