Thursday, November 18, 2010

(27) Memantaskan 'ketakutan'

FEAR…
Itulah judul email Bro yang pertama kali untukku. Email itu adalah tanggapan pertama Bro atas situasi hati ku. Niatku untuk berbagi kebeningan doa, Tuhan jawab dengan banyak ‘bonus’, ketika dalam proses perbincangan, Bro mengajak aku untuk meluaskan perspektif, menggali lebih dalam, melangkah lebih lugas, juga bertafakur lebih jujur. Pada akhirnya aku menemukan arti pertemuan dan perbincangan antara aku dan Bro, telah melampaui dari apa yang kuniatkan semula. Semua yang kudapati telah lebih dari sekadar berbagi doa.

Pangeranku…
Ada banyak pelajaran yang kudapat dari Bro, yang sesungguhnya ingin kubagi denganmu. Mungkin itu bisa menginspirasimu. Semua situasimu, tanpa harus memasukkan kehadiran aku ke dalam hiruk pikuknya pun, telah menjadi benang yang cukup rumit untuk kau urai. Aku mendidik diriku untuk mengerti dan memahami bahwa situasi ini tidak mudah bagimu. Semua sisi solusi berpotensi untuk menjadi ‘bola panas’ yang tidak ingin kau lemparkan pada siapapun. Satu saat, jika semua terlalu berlimpah untuk kau tampung dalam hati dan pikiranmu, ajaklah orang yang kamu percaya untuk berbagi sudut pandang, bertukar pengalaman, berbincang dalam emosi yang teduh.

Kamu dan aku dalam stuasi yang sama tidak pastinya. Potensi kita untuk terluka, adalah sama besarnya. Tadinya aku berharap kita dapat saling menemani dalam menghadapi ini semua. Tapi aku tak ingin membuat situasi menjadi lebih keruh, terutama bagi hatimu. Aku diam, belum pergi, tak ingin pergi. Saat ini kita seperti sedang berjalan pada lorong yang berbeda. Bagiku, adalah bagian dari proses ketika ada ‘tembok’ yang membentang antara aku dan kamu. Dari sisimu, kau bisa memberi makna apapun pada semua keterbatasan situasi ini. Buatku, tak peduli seberapa tebal dan tinggi ‘tembok’ yang dibangun untuk menghalangi aku dan kamu, bahkan jika itu adalah ‘tembok’ yang dibangun olehmu sekalipun!!!
Lets struggling to surrender :).

I do believe, if we are meant to be, if you are my destiny, and I’am the one for you, maka Tuhan yang akan memampukan kita untuk melampaui semuanya. Keberadaan, ketinggian, dan ketebalan ‘rintangan’ akan selalu ada dan sejalan dengan bangunan persepsi kita akan keterbatasan, ketakutan, juga harapan. So, built the limit, and jump!!! Melompatlah!!! Ambillah bekal semampu yang bisa kau bawa, dari ingatanmu, pengalamanmu, juga perenunganmu. Semua yang sudah kau ketahui juga kau yakini, adalah ‘kepastian’ yang bisa kau genggam, bekal yang telah Tuhan izinkan ada dalam pengetahuan dan pemahamanmu. Olah dan proses-lah itu semua dalam ruang batin, juga akal logismu.

Melangkahlah demi masa depanmu, for your happiness, for the value of your life!!!
With or without me, I believe you will do something about your life.
Tetaplah semangat dengan semua harapan dan cita-citamu…
Tetaplah optimis bahwa semua akan menjadi lebih baik situasinya…
Tetaplah sabar mengurai ‘kekalutan’ itu…

Aku sendiri sedang dalam perjalanan menuju awal baru di penghujung Desember tahun ini. Aku berjalan dalam harapan juga ketakutan. Harapan yang kian kokoh dalam doa dan keyakinan, juga ketakutan akankah kau mengambil atau melepaskan aku??? Aku tak pernah berniat pergi. Tapi genggaman satu tangan akan selalu membutuhkan satu tangan yang lain untuk bertahan. Sepenuh hati aku berdoa, meminta kepada Tuhan, semoga kau tidak melepaskan aku, karena sungguh,
aku tak pernah ingin pergi darimu…

But still… you have your own decision,
and none of us knows what might be happened in the future.
All I believe that I have to make decision, and I did...

To be continued…

Tuesday, November 2, 2010

(26) Another 'hint'

Ahhhh... setelah hampir 3 minggu tulisan itu kupindahkan ke laptop mungilku yang kuberi nama 'si merah', akhirnya baru pagi ini aku dapat tuntaskan membacanya. Ada banyak gado-gado alasan. Pertama, karena tulisan itu memang datang padaku di tengah-tengah aku sedang tak luang waktu untuk berakses ria dengan internet. Lepas dari acara 'sibuk' di pegunungan, aku pun dilanda penyakit separuh lupa, dan ketika ingat, aku pun disapa lagi oleh penyakit separuh malas.. hehehehe.

And then, aku menemukan tulisan itu sebagai another 'hint' for me :)

Teman, pernahkah kau merasa 'sudah paham' tetapi tak cukup punya kemauan untuk melangkah?. Kau tahu apa yang harus dilakukan, tetapi langkah terasa dipaku, akhirnya kita tak kunjung beranjak untuk berbuat yang terbaik pada 'hari ini' dan 'saat ini'. Dalam sekilas membahas tentang "Ho'oponopono", pagi ini aku mengajak seorang teman untuk bersedia saling mengingatkan, agar pemahaman kami atas sesuatu tak hanya bersinar di alam pikir saja, tetapi kemudian tumpul dalam aplikasi perbuatan. Jangan sampai... Bukankah gagal ilmu tanpa amal, tak sempurna niat tanpa ikhtiar???

Dalam konteks ini, Bro semakin melengkapi pemahamanku ketika dia berbagi tentang Manajemen Ketakutan. Pernah, dalam satu dialog aku salah kata ketika mengatakan ingin hidup with "no worry". Menyambut kalimatku, Bro langsung tegas mengatakan, bahwa hidup tanpa KETAKUTAN adalah bukan hidup, tetapi MATI. Bahwa, semakin tinggi tingkat ketakutan yang dihadapi, maka semakin kita akan mendapati kehidupan yang 'hidup'. Bro juga menggarisbawahi, bukan keberanian yang dibutuhkan untuk melangkah, tetapi kemauan. Keberanian itu sendiri hanyalah alat dari kemauan yang dideklarasikan.

Dalam ketidakmauan untuk melangkah, banyak alasan yang bisa kita buat. Setiap alasan bisa jadi punya nama yang berbeda, tetapi menurut Bro, semuanya berangkat dan bermula dari satu hal, yaitu KETAKUTAN. Ketakutan akan ketidakbahagiaan, ketakutan akan kemiskinan, ketakutan akan dikhianati, ketakutan akan tidak dihargai, ketakutan akan ditinggalkan, dan lain-lain. Seringkali tersedia banyak kesempatan, tetapi kita tak menjawabnya dengan satu keputusan yang lugas. Asumsi tentang dimensi 'waktu' seringkali menjadi penjara, dan yang lebih tak sehatnya, penjara waktu itu biasanya muncul dalam bentuk 'past' atau 'future', bukan 'NOW'.

Yup, beberapa penggal kalimat Bro yang aku baca dalam tulisannya itu, sekali lagi... membuat aku tersenyum, tertawa, sekaligus merasa 'ditampar'. Tapi tamparan ini tidak terasa keras dan menyakitkan. Mungkin karena sebelumnya aku sudah 'menampar' diriku, sebagai bentuk dari latihan mental, ketika aku medeklarasikan kemauanku untuk tak berlama-lama ada di kota abu-abu.

Tuhan memang selalu bergerak misterius dengan semua rencanaNya. Dia memunculkan begitu banyak variasi kenyataan yang dapat terjadi dalam hidup seseorang. Dia memutuskan, tetapi membiarkan kita memilih. "Pilihlah...maka Tuhan yang akan menjagamu, dan Tuhan yang akan mengantarkanmu. Dan sebagaimana pengantaran dan penjagaan pada umumnya, Tuhan akan selalu tegas dalam memberi lampu merah". Itulah yang pernah Bro katakan padaku, beberapa waktu yang lalu.

Aku merasa seperti sedang melangkah kedalam jurang yang gelap,
yang aku tak tahu apakah dasar jurang itu akan ramah atau menyakitiku.

Aku KETAKUTAN...

to be continued...