Monday, February 28, 2011

(29) The reason behind 'You'

Guys, let me tell you my biggest hope in 2011. It is MARRIED.
Yes, I wanna get married with someone that I can share with: take and give about everything. Sengaja aku memberi tanda petik untuk kata ‘You’ pada judul tulisanku, karena sosok itu masih misterius bagi hatiku. Aku sudah menemukan ‘dia’, tetapi apakah ‘dia’ sudah menemukan aku, seperti aku menemukan ‘dia’, it’s not clear yet!!!

So, what I need first before get married ???
It’s love…

Dimana kita dapat menemukan cinta??? Di negeri antah berantah…hehehe.
Well..well..“Cinta” akan menjadi kekuatan yang tak kan pernah ada cukup kata untuk mendefiniskannya. Cinta itu seperti busur panah yang melesat bebas dari langit, terserah mau mengenai siapa, kapan, dan dimana. Jadi, buatku sederhana saja. Kalau kau jatuh cinta, ya terima saja. Aku bukan orang yang suka berdebat panjang lebar dengan diri sendiri, membuat penyangkalan-penyangkalan untuk tidak menerima, ataupun membuat pembenaran-pembenaran untuk memaksa diriku menerima. Terima apa adanya sesuai yang terbaca oleh hatiku, jalani sepenuh hati, minimalkan keluh kesah, be positif, bersyukur, dan berbaik sangka kepada Tuhan. All would be enough for me to face everything…

So, mari kita tinggalkan penjelasan tentang arah dan datangnya cinta yang misterius itu. Coz itu bukan wilayah kita untuk menjelaskan. Biarkan itu menjadi konspirasi unik Tuhan dengan semestaNya. We just need to accept that as the way it is, no more no less.

Oke then, lets talk about married ;-)

Banyak pertanyaan tertuju padaku tentang apa dan bagaimana kriteria pendamping hidup idaman. Jujur, sampai sekarang ini aku tak pernah punya jawaban dalam bentuk ukuran-ukuran ataupun penjabaran-penjabaran normatif. So, jawabanku biasanya sangat sederhana yaitu: “aku akan merasakannya dan mengetahuinya jika kami sudah bertemu”. Yup, itu adalah jawaban yang sangat abstrak. Tetapi sampai aku bertemu dengan orangnya, yah aku tak kan bisa menjelaskan banyak hal tentang itu.

dan inilah beberapa hal yang bisa aku jelaskan seputar alasan dan pertimbangan ketika aku memutuskan untuk berbagi hidupku dengan seseorang.

First thing first: I need that ‘klik’.
Ya, aku memerlukan chemistry which most people called it with ‘love ;-). Cinta penting sebagai modal yang sangat abstrak, tetapi daya kekuatannya tak bisa kau katakan abstrak. Karena cinta mampu mendrive mu untuk melakukan apapun yang terbaik bagi orang yang kau cintai. Cinta mampu menjadi daya bagi seseorang untuk berbuat melampaui apa yang tadinya ia pikir tak mampu dilakukan. Cinta kadang tak selaras dengan logika, tapi untuk membuatnya sehat dan berdampak positif dalam jangka panjang (abadi seabadi usiamu, kekal sebagai tabungan kebaikan di akhirat), maka cinta butuh untuk disandingkan dengan logika. Karenanya, dalam mencintai, aku tak melepaskan ‘logika’ sebagai jalur bagi akal logis kami dalam memetakan arah dan tujuan dari cinta yang kami rasakan.

Maksudnya???

Begini, dalam pertimbangan logisku, pernikahan itu seperti membangun satu perusahaan. Karena pernikahan akan menjadi satu perusahaan, maka langkah awal bagi kami adalah ‘setor modal’. Hmmm..jangan berpikiran sempit dengan menyederhanakan konsep modal ini menjadi konsep yang dangkal hanya berupa hitungan rupiah semata. Kekayaan dan status bagiku hanya pendukung. What I need is something ‘inside”, sesuatu yang ‘ada’ apa adanya dalam hati seseorang, pijakan dasar seseorang atas tujuan dan arti hidupnya, dan semampu mungkin membaca aktualisasi ‘dasar’ tersebut dalam sikap dan perbuatannya sehari-hari. “Kualitas sikap mental” itu adalah kata kunci bagiku ketika berbicara tentang ‘modal’ ini.

Satu catatan yang selalu kuingat baik adalah bahwa “kualitas’, baik itu dalam bentuk kelebihan maupun kekurangan selalu akan menjadi satu paket yang utuh. Karenanya, semampunya, aku menghindar dari melakukan perbandingan dalam konteks ‘baik’ atau ‘buruk’ terhadap kapasitas seseorang, tetapi lebih kepada menjajal kesiapan mentalku untuk menerima konsekuensi dari setiap yang ‘baik’ dan ‘buruk’ yang akan selalu melekat dalam dirinya, juga dalam diriku. Tidak ada manusia sempurna, sebagaimana kita tak kan pernah menjadi sempurna bagi seseorang. Yang ada adalah saling menyempurnakan satu sama lain.

Pernikahan buatku lebih dari sekedar love between me and my husband. Pernikahan adalah sinergi untuk menggabungkan kekuatan, juga bagaimana kelemahan dipandang sebagai kekuatan yang belum terberdayakan. Why? Menurutku, manusia itu tumbuh dan berkembang. Semakin kita belajar, semakin kita meluaskan area pemberdayaan kita untuk menjadi dan berbuat lebih baik dalam berbagai aspek kehidupan. Karenanya, aku berharap dapat menemukan pasangan yang bersedia untuk terus belajar.

Then, mari kita bicara aspek tanggung jawab.
Pernikahan adalah komitmen, dan tidak ada hal lain dari komiten selain segala sesuatunya menjadi ‘real’. Kehadiran anak dalam pernikahan adalah the biggest komitmen yang akan menjadi kebahagiaan sekaligus tanggungjawab bagi kami selaku orangtua. Karenanya, menikah bagiku, bukan sebatas mencari seorang suami yang bisa aku andalkan, tetapi juga mencari seorang ayah terbaik bagi anak-anak yang akan lahir dari kebersamaan kami. Tak cukup bagiku hanya sekadar menemukan ‘bibit unggul’, tetapi kemudian minim kesadaran untuk memahami bahwa segala sesuatu harus dirawat dan dijaga. Berbagi peran dengan rasa sayang dan saling menghormati satu sama lain, tak sanggup berhitung siapa yang lebih sulit atau lebih ringan perannya karena semua dilakukan dengan rasa senang dan bahagia.

Aku berbahagia dengan tanggungjawabku!
Karenanya, aku ingin bersama dengan seseorang yang berbahagia dengan tanggungjawabnya, bukan melakukan sesuatu karena dia wajib melakukan, tetapi karena dia senang dan bahagia melakukannya bersama-sama denganku.

Next, what I dream adalah pernikahan yang berangkat dari dasar pemikiran” Lets think and do things bigger than us!!! Meaning… aku berharap kebersamaan ku dalam komitmen dunia akhirat bersama seseorang, tidak hanya berhenti pada sebatas: menikah, punya anak, membesarkan anak, menikahkan anak, jadi kakek nenek, lalu mati! My dream is bigger that that!!!

Aku selalu terinspirasi oleh kata-kata papaku, bahwa ketika kau hanya berpikir tentang dirimu sendiri, maka hanya akan sebatas itulah duniamu, sempit dan cenderung egois. Tetapi jika kau berpikir tentang orang lain, maka Tuhan akan memberikan jalan bagimu untuk menjadi berkat bagi lebih banyak orang lain, dan tentu saja…itu sudah termasuk untuk dirimu sendiri…

Tentu, kau tak mungkin menemukan semua impianmu tanpa halang rintang yang sepadan dengan kualitas yang sedang ingin dibangun oleh Tuhan dalam diri kita. Apakah cukup dengan mimpi, kau bertemu pangeran, menikah, lalu bahagia tanpa kau harus ‘berusaha’. Sepanjang pengalamanku, Tuhan selalu ‘ajaib’ dengan semua kejutan-kejutan indahNya dalam perjalanan hidup seseorang. Karenanya, aku butuh seseorang yang bersedia untuk senantiasa saling mengingatkan bahwa setiap jengkal kehidupan wajib untuk disyukuri. Bersyukur adalah penerimaan yang akan melahirkan kekuatan untuk dapat menghadapi berbagai persoalan yang menjadi pertanda kita sedang ‘diajari’, disayang, di’cubit’ atau ditegur oleh Yang Maha Satu.

So, rumusku dalam hal jodoh adalah ‘tak ada rumus’ ;-).
Terima, jalani, ikhtiarkan, serahkan kepada Tuhan.

Aku sungguh tak akan main-main dan seadanya untuk urusan yang namanya MENIKAH. Tetapi juga gak perlu ‘njelimet sampai kehilangan selera untuk menikmati setiap jejak proses yang Tuhan izinkan terjadi padaku. Sampai kini, belum ada kejelasan tentang keberadaan ‘You’. Tapi aku tak akan berputus asa dan akan terus berikhtiar. Ketika kau yakin Tuhan Maha Adil dengan semua yang Dia perbuat atas hambaNya, maka aku hanya ingin bersahabat dengan realitas dalam rasa syukur atas semua yang sudah dan belum Dia berikan kepadaku.

Tetap dalam garis ikhtiar,
merencanakan apa yang bisa aku rencanakan, melakukan apa yang bisa aku lakukan,
dan membiarkan Tuhan menyelesaikan apa yang di luar kuasaku untuk melakukannya.

.....and I’still hold my dream to get married this year ;-)

to be continued...

No comments:

Post a Comment