Wednesday, August 11, 2010

Ramadhan (tetap) dicintai…

Tarawih pertama aku memilih untuk melaksanakannya di masjid dekat rumahku. Seperti sebelum-sebelumnya, hari pertama tarawih, masjid penuh sesak dengan jemaah. Baik di tempat laki-laki juga perempuan, shaf terlihat penuh. Panitia bahkan menggelar shaf tambahan di samping masjid (yang biasanya jadi jalan umum). Untuk shaf tambahan bagi jamaah perempuan di atur di belakang, berdampingan sesak dengan jamaah jamaah laki-laki pada sisi yang lain. Aku sendiri hampir tidak kebagian tempat, namun akhirnya berhasil ‘nyelip’ di shaf nomor dua dari depan. Alhamdulillah…

Pada bulan Ramadhan, aspek-aspek spiritual memang menjadi semakin kental ‘tampak’. Jargon-jargon tentang keistimewaan Ramadhan menjadi semakin sering terdengar. Betapa Ramadhan adalah bulan dimana Tuhan memberikan banyak ‘bonus’ pahala dan kemudahan-kemudahan. Saat Ramadhan dianggap saat yang paling tepat untuk setiap orang berbenah dan menata hati. Para kyai menjadi lebih sering tampil di televisi berbicara tentang keutamaan Ramadhan. Para pemimpin bangsa terlihat sangat agamis dengan ajakan untuk berlaku baik dan menghormati bulan suci Ramadhan.

Bagiku pribadi, Ramadhan ini kuniatkan untuk menjadi lebih ‘sunyi’ dan ‘hening’. Bersama teman kami berniat untuk safari dari masjid ke masjid, dengan selingan iktikaf pada weekend. Semoga menjadi rencana yang terwujud dan bermanfaat bagi kami. Aku benar2 berharap tidak terjadi lagi aku mendengarkan azan magrib di angkutan umum karena macet. Sedih sekali… But, this is life, sebelum aku mampu untuk mengatur waktu kerjaku sendiri, my own time, my own company…just follow the rule…:).

Marhaban Ya Ramadhan…
Semoga semangat Ramadhan tidak berhenti ketika Syawal tiba.
Semoga bukan hanya sekadar menjadi ‘jeda spriritual’
untuk kemudian menjadi mundur setelah Ramadhan usai.
Semoga selalu merasa seperti setiap bulan adalah Ramadhan.

Alhamdulillah…segala puji hanya bagi Allah…
Terlepas apakah masih sebatas euphoria semata…
Melihat masjid penuh sesak saat tarawih pertama semalam,
Ketika masih terselip keengganan dan rasa malu dalam hati untuk berbuat maksiat,
Ketika kesadaran untuk mensucikan hati terasa lebih menyala,
Ketika acara televisi jadi lebih santun bagi masyarakat,
Ketika tadabur dan tadarus Qur’an menjadi lebih menggila,
ada rasa bahagia dan haru di dada…

Semangat menyambut Ramadhan seperti itu menjadi sesuatu yang perlu disyukuri.
InsyaAllah, Ramadhan (tetap) dicintai dan dirindukan…

No comments:

Post a Comment