Ahhhh... setelah hampir 3 minggu tulisan itu kupindahkan ke laptop mungilku yang kuberi nama 'si merah', akhirnya baru pagi ini aku dapat tuntaskan membacanya. Ada banyak gado-gado alasan. Pertama, karena tulisan itu memang datang padaku di tengah-tengah aku sedang tak luang waktu untuk berakses ria dengan internet. Lepas dari acara 'sibuk' di pegunungan, aku pun dilanda penyakit separuh lupa, dan ketika ingat, aku pun disapa lagi oleh penyakit separuh malas.. hehehehe.
And then, aku menemukan tulisan itu sebagai another 'hint' for me :)
Teman, pernahkah kau merasa 'sudah paham' tetapi tak cukup punya kemauan untuk melangkah?. Kau tahu apa yang harus dilakukan, tetapi langkah terasa dipaku, akhirnya kita tak kunjung beranjak untuk berbuat yang terbaik pada 'hari ini' dan 'saat ini'. Dalam sekilas membahas tentang "Ho'oponopono", pagi ini aku mengajak seorang teman untuk bersedia saling mengingatkan, agar pemahaman kami atas sesuatu tak hanya bersinar di alam pikir saja, tetapi kemudian tumpul dalam aplikasi perbuatan. Jangan sampai... Bukankah gagal ilmu tanpa amal, tak sempurna niat tanpa ikhtiar???
Dalam konteks ini, Bro semakin melengkapi pemahamanku ketika dia berbagi tentang Manajemen Ketakutan. Pernah, dalam satu dialog aku salah kata ketika mengatakan ingin hidup with "no worry". Menyambut kalimatku, Bro langsung tegas mengatakan, bahwa hidup tanpa KETAKUTAN adalah bukan hidup, tetapi MATI. Bahwa, semakin tinggi tingkat ketakutan yang dihadapi, maka semakin kita akan mendapati kehidupan yang 'hidup'. Bro juga menggarisbawahi, bukan keberanian yang dibutuhkan untuk melangkah, tetapi kemauan. Keberanian itu sendiri hanyalah alat dari kemauan yang dideklarasikan.
Dalam ketidakmauan untuk melangkah, banyak alasan yang bisa kita buat. Setiap alasan bisa jadi punya nama yang berbeda, tetapi menurut Bro, semuanya berangkat dan bermula dari satu hal, yaitu KETAKUTAN. Ketakutan akan ketidakbahagiaan, ketakutan akan kemiskinan, ketakutan akan dikhianati, ketakutan akan tidak dihargai, ketakutan akan ditinggalkan, dan lain-lain. Seringkali tersedia banyak kesempatan, tetapi kita tak menjawabnya dengan satu keputusan yang lugas. Asumsi tentang dimensi 'waktu' seringkali menjadi penjara, dan yang lebih tak sehatnya, penjara waktu itu biasanya muncul dalam bentuk 'past' atau 'future', bukan 'NOW'.
Yup, beberapa penggal kalimat Bro yang aku baca dalam tulisannya itu, sekali lagi... membuat aku tersenyum, tertawa, sekaligus merasa 'ditampar'. Tapi tamparan ini tidak terasa keras dan menyakitkan. Mungkin karena sebelumnya aku sudah 'menampar' diriku, sebagai bentuk dari latihan mental, ketika aku medeklarasikan kemauanku untuk tak berlama-lama ada di kota abu-abu.
Tuhan memang selalu bergerak misterius dengan semua rencanaNya. Dia memunculkan begitu banyak variasi kenyataan yang dapat terjadi dalam hidup seseorang. Dia memutuskan, tetapi membiarkan kita memilih. "Pilihlah...maka Tuhan yang akan menjagamu, dan Tuhan yang akan mengantarkanmu. Dan sebagaimana pengantaran dan penjagaan pada umumnya, Tuhan akan selalu tegas dalam memberi lampu merah". Itulah yang pernah Bro katakan padaku, beberapa waktu yang lalu.
Aku merasa seperti sedang melangkah kedalam jurang yang gelap,
yang aku tak tahu apakah dasar jurang itu akan ramah atau menyakitiku.
Aku KETAKUTAN...
to be continued...
No comments:
Post a Comment